Setiap sekolah tentunya memiliki kebijakan tersendiri dalam mengembangkan silabus sesuai dengan visi dan misi sekolah. Namun demikian, rancangan cakupan materi pembelajaran dalam silabus ini harus flexible untuk bisa dimodifikasi oleh tiap-tiap guru sesuai dengan potensi dan talenta yang dimiliki terkait dengan potensi atau kondisi sekolah berada. Walaupun tiap guru dengan pelajaran yang sama, level yang sama dan sekolah yang sama bisa berbeda cara penyampaianya karena masing-masing guru leluasa menggunakan strategi pembelajaran sendiri. Namun demikian, mereka tetap harus menyentuh semua kemampuan dasar anak baik verbal maupun non-verbal, seperti kemampuan komunikasi, riset, menejemen, sosial, berfikir, presentasi, berkreasi. Sehingga seluruh potensi dasar yang dimiliki anak-anak akan terasah dan menjadi outcomes yang terukur secara kualitatif maupun kuantitaif. Dalam hal ini apresiasi dari guru pada anak-anak sangat penting dalam menjaga motivasi mereka belajar dan meningkatkan daya kompetisi di antara mereka walaupun sekedar stiker sederhana. Bagi anak-anak, jika ini adalah pemberian guru akan sangat berharga di samping mereka juga akan belajar menghargai.
Guru yang Multi Talenta
Proses pembelajaran adalah proses kreatifitas yang unik bagi seorang pengajar yang professional karena dituntut bisa berperan laksana seorang aktor ulung selama proses pemebelajaran. Guru harus bisa memilih, memilah dan berubah peran dengan sangat cepat sesuai kondisi kelas agar tetap melaju secara dinamis menuju target pembelajaran yang sudah direncakan dalam Rencana pembelajaran. Bisa menjadi polisi yang menegakkan aturan kelas, menjadi hakim ketika masalah antar siswa muncul, menjadi manajer ketika menyusun aktivitas pembelajaran, menjadi motivator ketika siswa sedang tidak mood, menjadi detektif ketika menginvestigasi ketidak berhasilan proses pembelajaran, menjadi sufi ketika harus mengambil kebijakan kelas dan lain-lain dengan demikian proses pembelajaran bisa terjaga karena guru bisa berubah peran mengikuti kondisi dan kebutuhan kelas setiap saat.
Mata pelajaran terintegrasi
Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua hal
yang bila disatukan menjadi kekuatan yang luar biasa. Selama pemerintahan
kolonialisme, keduanya dipisahkan agar kekuatan bangsa Indonesia yang mayoritas
muslim tidak muncul. Sekarang pada saat segalanya lebih memungkinkan harus
dioptimalkan. Model kurikulum terintegrasi adalah formula yang tepat untuk
mengembalikan kekuatan yang sekian lama ditidurkan. Sains dan agama.
Islam bisa terintegrasi dimana pada term
tertentu pada saat yang sama guru sains dan agama Islam menyusun Rencana
pembelajaran yang sama, misalkan sains belajar tentang siklus air dan agama Islam belajar
menafsirkan surat As Sajdah ayat 27 beserta artinya. Aktivitas kelas dirancang
agar siswa secara berkelompok membuat project tentang proses terjadinya siklus
air dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia di bidang pertanian, peternakan
dan perikanan. Pada saat yang sama pula pelajaran IPS belajar tentang pemasaran
barang–barang product pertanian. Dan pada akhir term anak-anak mempresentasikan
terjemahan dan tafsir sura As Sajdah 27 secara ilmiah dengan bahan dan kosa kata
ilmiah dan pengaruh sosial yang menyangkut perekonomian masyarakat. Jika ini
dilakukan di depan orang tua dan masyarakat sekitar maka mereka akan menjadi
tahu korelasi Ilmu pengetahuan dan al Qur’an secara timbal balik. Apalagi bila
presentasi disajikan dalam bahasa inggris ala anak-anak, kemudian
dipublikasikan lewat TV dan media masa tentunya akan sangat membakar semangat
anak-anak lain dari sekolah lain untuk ingin tahu lebih jauh tentang metode
belajar tanpa kita mengajak. Tanpa diminta mereka pasti akan bercerita ke orang
lain dan jadilah kampanye berkesinambungan yang memberi pengaruh positif pada
sekolah-sekolah lain agar bisa meniru.
Mengenal Lingkungan Sekitar
Gambar di atas merupakan contoh kegiatan siswa dalam mengenal lingkungan sekitar, seperti mengamati pada obyek yang nyata, dan juga pengamatan terhadap perubahan panjang bayangan dan perubahan waktu.
Salah satu hal yang bisa membuat anak-anak bersemangat belajar adalah jika mereka memahami makna pembelajaran itu sendiri. Guru tidak perlu mengeluarkan energi terlalu banyak untuk memotivasi sehngga energi bisa disalurkan untuk merangsang ide dan mengarahkan ide-ide itu menuju target pembelajaran. Dalam hal ini guru bisa merancang sebuah riset sederhana untuk anak-anak kelas dua SD sekalipun saat belajar sains dengan mengamati tanaman-tanaman disekitarnya agar mereka tahu bahwa apa yang dipelajari berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Karena mereka mengalami sendiri langkah demi langkah secara berurutan dan dilakukan di luar kelas dengan fun, mereka tidak merasakan sebagai tugas atau beban maka akan membuat proses pembelajaran ini bermakna dan benar-benar tertanam dalam benak mereka.
Eksplorasi Informasi
Dalam rangka menanamkan pada mereka bahwa sumber belajar bisa dari banyak resources maka pembelajaran bisa dirancang dengan menggali informasi dari lingkungan sekitar misalkan dengan menginterview setiap guru di sekolah, mengamati kebun sekolah, sawah maupun pasar yang ada disekitar sekolah, kemudian mereka share informasi dengan sesama mereka di kelas. Sehingga mereka menyadari dengan sendirinya bahwa sumber belajar bisa dari siapapun dan dari manapun, bukan hanya dari buku pelajaran dan juga bukan hanya dari guru kelasnya karena mereka belajar dengan cara mengalami sendiri.
Fun Learning
Merancang sebuah model pembelajaran untuk
anak-anak secara efektif tidak bisa dipisahkan dari cara mengemas nilai-nilai komunikatif menjadi nilai-nilai
estetis yang dirancang sedemikian rupa agar mampu menyita ketertarikkan
anak-anak terhadap pelajaran kita yang akan berfungsi sebagai jembatan untuk
memasuki dunia mereka. Pada usia anak-anak, mereka sedang dalam taraf belajar
bahasa, mengenal dan memperkaya kosa kata baru sehingga masih perlu ada cara lain selain menggunakan bahasa yang
simple dan mudah. Untuk membangun pengertian pada anak-anak dalam menangkap
makna perlu mengkait-kaitkan antara yang dilihat dengan yang di dengar, antara
ilmu yang sudah mereka miliki dengan yang akan mereka pelajari dan saling
menguatkan.
Role play membantu siswa dalam memahami makna pelajaran |
Sehingga tidak mungkin guru hanya mengandalkan penggunakan bahasa verbal semata-mata tanpa membuat beraneka aktivitas yang membuat mereka mengalami sendiri apa yang sedang dipelajari dan tanpa menyadari mereka larut dalam berbagai aktivitas menyenangkan yang dirancang oleh guru dan tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang belajar. Mereka tidak akan mudah lupa karena merasa fun dan bersemangat selama proses pembelajaran dan mereka benar-benar memahami konsep pembelajaran yang berurutan dalam memori mereka. Semakin banyak yang mereka kerjakan semakin banyak yang mereka pelajari tanpa harus dibebani dengan tugas menghafalkan materi pembelajaran yang sangat melelahkan dan membosankan. Secara fitrah anak akan merasa diakui jika hasil karyanya ditampilkan di dinding sekolah, mereka akan merasa bangga dan akan memberi semangat intrinsik tersendiri bagi mmereka untuk berpacu berbuat yang terbaik.
Demikian juga halnya dengan
penayangan proses pembelajaran selama satu term dalam bentuk slide atau video sehingga secara psikologis anak akan semakin bersemangat karena merasa dirinya
sebagai bagian dari komunitas kelas. Sebagai bangsa yang pernah terjajah selama
3,5 abad kita tentu bisa memaklumi bahwa akan memerlukan kerja sangat keras
untuk merubah sistem yang sudah menjadi kultur bangsa. Dan tentu kita harus
berefleksi akan segala kesalahan yang terjadi di masa lalu dan berupaya
semaksimal mungkin agar tidak terulang lagi pada generasi bangsa kita saat ini.
Kita tidak sendiri jika masing-masing kita menyadari potensi diri kita
masing-masing. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting dalam merubah nasib
bangsa kita. Bangsa kita memang tidak mungkin menolak perubahan jaman namun
kita tetap harus punya prinsip berkebangsaan yang konsisten dan tidak sekedar
ikut-ikutan. Kita tidak juga bisa menolak arus informasi yang deras namun
dengan pendidikan yang membentuk karakter bangsa maka mereka secara otomatis
memproteksi diri mereka sendiri dengan menyaring dan hanya menggunakan yang
baik saja. Kita sebagai pembawa amanah pendidikan terhadap generasi bangsa
tidak seharusnya menunggu ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang
hal-hal ini dari pemerintah. Namun, kita bisa memulai dari diri kita sendiri,
mulai dari yang kecil-kecil dan mulai hari ini.
Comments
Post a Comment